Cerpen Cinta sebelumnya: Separuh Hati Untukmu
Kemudian di bulan yang sama, pada hari yang sama juga, dan bertepatan dengan tanggal kelahiranku, akhirnya aku melihatnya kembali, entah apa, aku merasakan hal yang kosong, namun ku merasa senang telah melihatnya.
Kemudian di bulan yang sama, pada hari yang sama juga, dan bertepatan dengan tanggal kelahiranku, akhirnya aku melihatnya kembali, entah apa, aku merasakan hal yang kosong, namun ku merasa senang telah melihatnya.
Ketika kudekati, ia terlihat sedih dan merenung serta wajah yang
dipenuhi oleh sejuta kebingungan, lalu aku bertanya, “Ada masalah apa? Mungkin kamu
bisa membaginya denganku atau mungkin aku bisa membantumu.”
Kemudian di bulan yang sama, pada hari yang sama juga, dan bertepatan dengan tanggal kelahiranku, akhirnya aku melihatnya kembali, entah apa, aku merasakan hal yang kosong, namun ku merasa senang telah melihatnya.
Kemudian di bulan yang sama, pada hari yang sama juga, dan bertepatan dengan tanggal kelahiranku, akhirnya aku melihatnya kembali, entah apa, aku merasakan hal yang kosong, namun ku merasa senang telah melihatnya.
Ketika kudekati, ia terlihat sedih dan merenung serta wajah yang
dipenuhi oleh sejuta kebingungan, lalu aku bertanya, “Ada masalah apa? Mungkin kamu
bisa membaginya denganku atau mungkin aku bisa membantumu.”
Kamipun saling berbagi cerita suka ataupun duka yang kami hadapi, tak
ada hal yang dirahasiakan diantara kami berdua.
Tak terasa haripun mulai senja, namun kami masih saja tetap bercerita, dalam hatiku selalu bertanya kepadanya “Tahukah kau bahwa bahwa ceritaku takkan pernah habis denganmu” Hingga akhirnya aku pun mengakhiri cerita di bawah pohon yang sendu tersebut.
Namun, sebelum aku pergi, aku memintanya untuk berjanji, ia pun berkata “Janji apa
yang kau inginkan dariku” Sambil berkata hanya satu janji saja.
Kemudian ku menjawab “Kau harus berjanji bahwa kau takkan pernah
meneteskan air mata lagi serta harus memberitahukanku ketika kau akan pergi
dari kehidupanku ini. Ia tak mengatakan apa pun ,ia hanya tersenyum kepadaku, tapi
ku percaya kepadanya. Kemudian ia menggenggam tanganku dan mengatakan “Kau
harus bersumpah kepadaku, ketika mimpi ini berakhir kau harus melupakanku.”
Aku hanya diam dan tak mengerti apa yang ia katakan. Lalu aku pulang ke rumah. Saat itu aku merasakan ada hal yang aneh yang membuatku tak menghiraukan hal tersebut, bahwa di sisi lain taman yang tadinya tempat kami berdua bersama, telah berubah menjadi semak belukar yang lebat.
Aku hanya diam dan tak mengerti apa yang ia katakan. Lalu aku pulang ke rumah. Saat itu aku merasakan ada hal yang aneh yang membuatku tak menghiraukan hal tersebut, bahwa di sisi lain taman yang tadinya tempat kami berdua bersama, telah berubah menjadi semak belukar yang lebat.
Aku tak pernah tahu apa yang ia fikirkan,tapi sungguh begitu aneh,
karena ia selalu dapat mengetahui apa yang aku inginkan dan aku harapkan. Setiap
hari kami selalu bersama. Di sebuah taman yang indah di bawah pohon yang begitu
sendu.
Namun, sejak saat itu juga semua telah berubah. Hari-hari ku di sekolah
menjadi begitu tenang, tak ada kesialan, tak ada teman yang mengganggu, serta
tak ada waktu untuk menyesal.
Aku selalu menghitung hari, sejak aku mulai mengenalnya hingga
kini. Aku masih tetap bersama dengannya jika difikir sudah ada 7 bulan 8 hari.
Mungkin saja aku telah menyukainya, tapi aku tak pernah membahas
hal itu dengannya, entah itu karena aku takut jatuh cinta kepadanya atau
mungkin karena aku takut suatu saat nanti melukai hatinya.
Cerpen Cinta : Separuh Hati Untukmu (Bagian Kedua)
Suatu sore yang begitu mendung, kami selalu membicarakan hal-hal yang membuat ketertawaan diantara kami berdua. Tapi saat itu aku lihat wajahnya begitu pucat serta bola matanya seakan mulai memutih.
Cerpen Cinta : Separuh Hati Untukmu (Bagian Kedua)
Suatu sore yang begitu mendung, kami selalu membicarakan hal-hal yang membuat ketertawaan diantara kami berdua. Tapi saat itu aku lihat wajahnya begitu pucat serta bola matanya seakan mulai memutih.
Lalu aku menanyakannya, namun tetap saja ia menjawab, aku tak
apa-apa, mungkin karena terlalu bahagia denganmu, ketika itu aku hanya
tersenyum kepadanya.
Hingga suatu malam yang sangat dingin sampai menusuk ke tulang, aku
melihatnya sendirian di bawah pohon tempat kami bersama, hanya saja tempat
tersebut begitu semak belukar dari yang pernah aku datangi sebelumnya. Lalu aku
memanggilnya. Ia tak menjawab, ia hanya menangis sambil menedahkan wajah
kepangkuan tangannya.
Kemudian aku mendekatinya, namun ia katakan “Jangan dekati aku
serta berkata dengan nada yang rendah mungkin inilah waktunya kau akan
meninggalkanku dan mungkin inilah saatnya aku menghilang dari kehidupanmu untuk
selamanya.
Aku pun mejawab “Aku takkan pernah meniggalkanmu, sampai aku telah
tiada lagi di sini serta aku pun takkan mengizinkanmu untuk pergi meninggalkanku.
Karena aku sadar aku telah mencitaimu, ia pun menjawab “Apa itu
cinta bagimu. Lantas aku jawab “Bagiku cinta adalah bisa selalu bersama
denganmu tanpa melukai perasaanmu, ia berkata lagi “Apa kamu akan tetap
mencintai orang yang telah pergi meninggalkanmu.”
Aku jawab “Jika kau pergi meninggalkanku, maka cintaku akan
semakin bertambah dalam untukmu.”
Rinduku akan selalu menanyakan kabarmu tentangku, fikiranku akan
selalu menuju kepadamu, bahkan hatiku, telah kubagikan separuh untuk hidupmu.
Setelah mendengar perkataanku ia mulai menegakkan kepalanya sambil
menatapku dengan tatapan yang menyedihkan, aku terkejut ketika itu aku melihat
wajahnya begitu pucat serta dihiasi darah yang mengalir, tapi tetap aku
sanggupkan tersenyum untuknya. Setelah itu semuanya menghilang dan kelam,
ingatanku hilang akan semua yang pernah terjadi, kecuali tentangnya.
Hingga mataku pun terbuka, aku melihat hujan yang jatuh dari
langit serta membasahi bola mataku.
Dan terdengar pula suara mobil ambulan menuju ke arahku, dan
membawaku ke suatu tempat yang dipenuhi keramaian, lalu tiba seorang dokter
yang memasuki ruang UGD yang berisikan dua pasien yang sekarat.
Termasuk diriku, sedangkan satu pasien lagi membutuhkan donor
jantung yang tak mungkin ada.
Lalu aku mencoba menolehkan kepalaku untuk melihat pasien
tersebut, dan ternyata pasien itu adalah seorang gadis yang kucintai yang tak
mungkin bisa kumiliki untuk saat ini.
Setelah itu, aku menghembuskan nafasku dengan setetes air mata
yang mengalir, hingga akhirnya dokter tersebut mengangkat jantungku dan
mendonorkannya kepada gadis tersebut.
Seperti apa yang ku inginkan. Ingatanku kembali pada awal aku
melihatnya, dan berkata... “Aku akan membantumu.” (Habis)
Cerpen Cinta selanjutnya: Akhir Pertualangan Cinta
Cerpen Cinta selanjutnya: Akhir Pertualangan Cinta
No comments:
Post a Comment